Wisata Malaka, Kota Sejarah yang menarik
Selain Singapura, Malaysia merupakan negara tetangga yang banyak dikunjungi oleh wisatawan Indonesia. Bagi yang suka dengan kota-kota sejarah, salah satu kota di Malaysia yang menarik untuk dikunjungi adalah Melaka atau Malaka atau Malacca selain Kualalumpur dan genting. Lokasinya berjarak 148 km dari Kuala Lumpur, yang ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 2 jam.
Kota Malaka merupakan destinasi menarik untuk dikunjungi karena Malaka merupakan kota sejarah dan terdaftar dalam UNESCO World Heritage Site sejak 2008. Ketika kita menginjakkan kaki di Kota Malaka, suasananya berbeda sekali, rasanya seperti kembali ke zaman dahulu, gedung-gedung bergaya eropa, bekas pemeritahan kolonial yang masih kokoh dan terawat, layaknya kawasan Kota Tua Jakarta dan Jalan Braga Bandung.
Di sisi yang lain, kita pun dapat merasakan nuansa atau gaya oriental di sepanjang jalan Jonker Street. Rata-rata rumah disini dipertahankan bentuk aslinya dengan arsitektur Cina.
Saat wisata ke Kota Malaka, saya ditemani dengan 4 orang teman lainnya asli penduduk Malaysia, sehingga perjalanan lebih menyenangkan karena mendapatkan beberapa informasi tentang Kota Malaka yang akan dikunjungi.
Jonker Streetmerupaka kawasan yang banyak dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke Malaka |
Lokasi pertama yang kita kunjungi adalah Jonker Street. Jonker street merupakan kawasan yang sangat ramai dikunjungi karena menjadi pusat untuk membeli oleh-oleh khas malaka dan juga beberapa tempat makan. Kawasan ini juga merupakan pusat benda dan bangunan antic yang masih terawat. Hardrock Café yang berada di Jonker street tepatnya berada di sebrang sungai malaka banyak dijadikan objek foto bagi wisatawan.
Berfoto sejenak didepan sebuah kuil yang ada di Malaka |
Inilah Red Square yang tersohor di Malaka |
Stadthuys atau dikenal dengan Red Square merupakan sebuah tempat pemerintahan Gubernur Belanda pada tahun 1650, Stadhuys juga sempat difungsikan sebagai sekolah gratis bagi penduduk lokal yang dibina oleh para Misionaris Inggris. Saat ini Komplek Stadthuys tersebut dijadikan sebagai Museum Sejarah dan Etnografi, Museum Sastera, Museum Pemerintahan Demokrasi, Galeri Laksamana Cheng Ho dan Museum Yang Di-Pertua Negeri.
Menara jam dengan latar belakang Gereja yang berada di Stadhuys Malaka |
Masih di sekitar Red Square, terdapat gereja Protestan tertua di Malaysia yang masih digunakan sampai saat ini yang dibangun sejak 1741 dan selesai pada 1753 dengan nama Christ Church. Didepan gereja tersebut terdapat taman dengan air mancur, Meriam dan Clock Tower. Selain itu, lokasi tersebut dijadikan sebagai pangkalan becak romantis (saya sebut romatis, Karena becaknya dihiasi dengan bunga-bunga, tokoh-tokoh animasi seperti Hello Kitty, Dora Emon, Barbie, dan lain sebagainya, selain itu becak tersebut juga di lengkapi dengan sound system full music).
Kincir Angin Belanda berada persis di pinggir sungai melaka sebelah jembatan yang menghubungkan Stadhuys dengan Jonker Street |
Disebrang Red Square, terdapat kincir Belanda, begitu unik dan apik. Karena saat itu cuaca panas sekali, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak didepan Kincir Belanda dipinggir sungai Malaka dan menikmati semangkuk cendol. Kalau dibandingkan, rasa cendolnya lebih enak cendol yang ada di Bandung.
Setelah melepas penat sejenak, kami melanjutkan ke Replika Istana Sultan Malaka yang berada di kaki bukit St Paul Church. Ga sempat masuk, hanya lewat dan melihat dari luar saja. Disebrang replica istana sultan Malaka terdapat a famosa.
A Famosa merupakan benteng yang tersusun dari batu bata merah dan dibangun saat pendudukan Portugis, Bangunan ini hancur saat peperangan, tapi masih dapat dilihat bentuk pintu masuknya. Pintu Gerbang Santiago ini adalah salah satu dari empat pintu masuk ke A Famosa. Setelah melewati benteng tersebut, kami naik kearah bukit St Paul’s dengan menaiki anak tangga. Setelah mendekati Gereja St. Paul’s, kita bisa melihat kuburan belanda. Bentuknya unik kalau menurut saya, dan lumayan besar.
Famosa yang tersusun dari bata merah dan dibangun saat pendudukan Portugis |
Setelah melewati Kuburan Belanda, kita masuk ke kawasan Gereja St Paul’s. Gereja ini berada di atas bukit St Paul dan didirikan pada tahun 1521. Bangunan ini hancur saat peperangan hanya menyisakan kerangka bangunan. Didalam gereja tersebut terdapat bekas makam dari St. Francis Xavier, yang merintis berdirinya sekolah di tempat ini dan beberapa nisan.
Waktu semakin sore, sebelum pulang menuju ke Sungai Malaka untuk naik perahu dan menyusuri sungai Malaka. Kurang lebih 45 menit kami menyusuri sungai Malaka, kita dapat melihat keindahan bangunan-bangunan di sepanjang sungai Malaka yang kami lalui.
Signborad sungai melaka kerap dijadikan backgroun foto oleh para pengunjung |
Setelah selesai menyusuri sungai, dan kembali ke dermaga, selanjutnya kami meninggalkan Kota Malaka untuk kembali ke Kuala Lumpur.
Takkan pernah terlupakan, Kota dengan berbagai peninggalan era kolonial Portugis Belanda, dan Inggris dengan bangunan-bangunan yang apik dan menarik.
Selamat berlibur, semoga bermanfaat.
Post a Comment